Self-Love ala Gen Z Umur 20-an: Sudahkah Kita Mencintai Diri Sendiri Seutuhnya?


Siapa di sini yang masih bertanya-tanya: apa sih self-love itu? Gimana sih cara melakukannya? Atau jangan-jangan, "self-love" yang selama ini aku lakukan ini belum benar? Mungkin masih banyak lagi pertanyaan di benak kita.

Di usia 20-an, kita memang lagi rentan banget sama krisis jati diri, ya. Kebanyakan dari kita belum sepenuhnya mengenali diri sendiri. Dan jujur saja, butuh waktu yang nggak sebentar untuk bisa memahami siapa diri kita sebetulnya – mulai dari apa yang kita suka, apa yang nggak kita suka, bahkan kadang kita nggak tahu bagaimana cara mencintai diri sendiri.

Dari pemahamanku, self-love itu kan berarti mencintai diri sendiri. Nah, kalau kita cinta sama diri sendiri, pastinya harus ada bukti dong, ya? Terus buktinya apa dong? Nah, pas banget aku pernah dengar dari tausiyah Ustadzah Halimah Alaydrus, katanya ada tiga unsur yang harus dicintai dan disayangi dalam versi Islam:

  •  Badan

   Badan juga punya hak untuk dicintai, yaitu dengan memberinya makanan yang baik dan merawatnya.

  •  Akal

   Cara memberi makan akal kita adalah dengan mengaji dan mempelajari ilmu yang bermanfaat.

  •   Hati

   Mencintai hati berarti meninggalkan dosa, mendekatkan diri pada Allah, dan mendekatkan diri pada kekasih Allah, yaitu Nabi Muhammad SAW. Dengan begitu, kita sudah mencintai diri kita.

Ini adalah definisi self-love yang saat ini aku pegang dan coba diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Mencintai Badan: Nutrisi dan Kebersihan Luar Dalam

Untuk mencintai badan, tentu saja kita harus berusaha memberi makan makanan yang halal dan thayyib. Kenapa? Karena kalau kita sembarangan makan apa saja tanpa tahu kehalalan dan thayyib-nya, sama saja kita tidak menyayangi diri sendiri, Ma fren.

Contohnya, kalau kita makan makanan yang haram yang sudah jelas dilarang, dampaknya selain dosa, bisa saja kita jadi sakit setelah mengonsumsi makanan itu. Katanya cinta sama diri sendiri, kok malah disakiti? Nah, ini bisa jadi bahan refleksi diri kita, untuk bisa lebih memperhatikan makanan yang masuk ke mulut, sudah benar-benar terverifikasi halal atau masih ada campuran bahan haramnya.

Selain memberi makan yang halal dan thayyib, kita juga perlu memperhatikan perawatan tubuh kita. Kalau kata Ustadzah Halimah Alaydrus,
"Usahakan pakai pakaian yang bagus tidak robek, rapih, dan wangi. Kalaupun ada baju yang robek tapi sayang masih pengen dipake, boleh dijahit dulu yang robeknya baru bisa dipakai."
Kan kalau kita keliatan rapi dan juga wangi, orang lain juga jadi enak ngeliatnya. Kita sendiri jadi lebih percaya diri, dan orang bisa menganggap kita sebagai pribadi yang bisa merawat diri.

Bagian penting lain yang harus kita jaga menurut Ust. Khalid Basalamah adalah mulut. Nabi dulu juga sangat memperhatikan kebersihan mulutnya dengan bersiwak. Kenapa bersiwak? Ternyata siwak itu punya dua fungsi, yaitu sebagai sikat gigi sekaligus pasta giginya. Itu yang aku dengar dari tausiyah Ust. Khalid Basalamah.

Selain itu, aku juga pernah baca di suatu artikel (tapi lupa siapa yang nulis), intinya kita sebisa mungkin menjaga kebersihan mulut, terutama gigi, karena sumber penyakit yang serius seringkali berasal dari gigi yang tidak dirawat dan rusak. Jangan lupa juga pentingnya tidur cukup, karena kadang di usia 20-an kita suka lupa kalau badan juga butuh istirahat maksimal, bukan cuma kerja keras.

Mencintai Akal: Belajar Sepanjang Hayat di Era Digital

Selanjutnya, merawat akal sebagai bentuk mencintai diri sendiri. Cara memberi makan akal itu adalah dengan mengaji, belajar ilmu yang bermanfaat. Entah itu ilmu agama, ilmu sosial, ilmu pendidikan, maupun ilmu duniawi lainnya.

Untuk aku, karena setelah lulus SMA tidak melanjutkan kuliah, aku belajar ilmu agama yang dulu mungkin belum sempat aku pelajari. Platform yang biasa aku gunakan buat belajar hal-hal baru lainnya, seperti tentang keuangan, pengembangan diri, seputar kesehatan, fun fact, dan ilmu lainnya, adalah YouTube. Selain itu, aku juga baca beberapa buku novel yang ilmunya bisa langsung aku terapkan di kehidupan sehari-hari. Atau kalian bisa juga ikut webinar atau kursus online yang sesuai minat, lho. Nggak harus selalu dari jalur pendidikan formal! Yang mau tahu judul novelnya, bisa komen di bawah ya, Ma fren!

Mencintai Hati: Menjaga Kebaikan dan Kesehatan Mental

Kebersihan hati juga penting, Ma fren, sebagai bentuk mencintai diri sendiri. Yang namanya perbuatan dosa itu harus kita hindari, jauhi, dan jangan coba-coba didekati ya. Kalau mau dekat sama Allah, kita harus tahu ilmunya. Sama halnya dengan mencintai Nabi kita, itu juga harus dengan ilmu. Untuk itu, yuk kita belajar lagi didampingi guru yang memang punya kapasitas dan bisa kita teladani.

Di era digital ini, seringkali kita tergoda untuk membandingkan diri dengan "kesempurnaan" yang terlihat di media sosial. Nah, ini yang justru menjauhkan kita dari self-love yang sejati. Padahal, mencintai hati juga berarti melindungi diri dari toksisitas perbandingan dan berani menetapkan batasan (boundaries). Kadang, kita perlu belajar bilang "tidak" pada hal-hal yang menguras energi atau tidak sesuai dengan nilai-nilai kita. Ini bentuk sayang sama diri sendiri, lho!

Ingat ya, self-love ini bukan cuma soal penampilan atau pencapaian. Ini juga fondasi penting buat kesehatan mental kita. Ketika badan, akal, dan hati kita terawat, kita jadi lebih kuat menghadapi tantangan hidup dan krisis jati diri yang sering menghampiri di usia 20-an ini.

Keterkaitan Antar Unsur Self-Love

Menurutku ya, tanpa kita sadari, dengan memenuhi ketiga unsur tadi yang harus kita cintai, semuanya bisa saling berkaitan. Kalau kita menjaga badan kita dengan memberi makan makanan yang halal dan thayyib, serta memperhatikan kebersihan, kerapian, dan wangi badan agar enak dipandang, kita akan mendapatkan cinta-Nya Allah, Rasulullah, dan juga manusia. Dan bagaimana untuk bisa mencapai itu? Ya, yang pastinya dengan ilmu. Ilmu kan makanannya akal kita, ya. Jadi, bisa kita lihat, ketiga unsur tersebut memang saling berkaitan erat.

Dengan mencintai diri sendiri, kita juga bisa mendapatkan cinta-Nya Allah, Rasulullah, dan juga cintanya manusia. Oleh karena itu, yuk Ma fren, kita belajar lagi buat mencintai diri sendiri. Bayangin deh, kalau semua orang di dunia ini mencintai dirinya, apa nggak damai dunia ini?

Komentar

Lifestyle.blog